Translate

Selasa, 11 Februari 2020

Teks Ceramah KH Zainuddin MZ (Cobaan Hidup)

Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barokatuh.

Bismillahir rahmanir rahim.
Alhamdu lillahi robbil 'alamin. Wa bihi nasta'in. Wa 'ala 'umurid dunya wad diin. Wash sholatu was salamu 'ala asyrofil anbiyai wal mursalin, Sayyidina wa Maulana Muhammadin. Wa 'ala alihi wa ashhabihil mujahidinat thohirin. Amma ba'du.

Saudara-saudara kaum muslimin rahimakumullah.

Di dalam Suroh al-'Ankabut ayat 2, Allah subhanahu wa ta'ala memberikan peringatan,

اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْٓا اَنْ يَّقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ

Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?

Minggu, 09 Februari 2020

Teks Ceramah KH. Zainuddin MZ (8 Penyakit Hati)



Bismillahi wal hamdu lillah, wash sholatu was salamu 'ala Sayyidina Rosulillah, wa 'ala alihi wa shohbihi wa maw walah, la haula wa la quwwata illa billah, amma ba'du.


Saudara-saudara kaum muslimin rahimakumullah.

Suatu hari, ketika baginda Rasul masuk ke dalam masjid, didapatinya seorang sahabat tengah khusyu bertafakur di dalam masjid. Sahabat itu bernama Abi Dzar Al-Ghifari. Dihampiri beliau oleh baginda Rasul kemudian ditanya, "Hai Abi Dzar, begitu khusyu dan tafakur engkau di dalam masjid, gerangan apa permohonanmu kepada Allah di tempat yang suci ini?" Abi Dzar menjawab, "Maafkan saya ya Rosul, saya dari tadi di masjid di sini ini bukan berdo'a." "Lalu wirid?" "Juga tidak." "I'tikaf?" "Ya setengah i'tikaf." "Abis kenapa kamu di sini?" "Saya menghindar orang ya Rosul." "Menghindar orang kenapa?" "Terlalu banyak dateng orang ke rumah saya nagih utang, saya jadi bingung, mau pergi ke mana.. akhirnya saya pikir tempat yang netral yang kira-kira orang ngga dateng nagih ya ke masjid ini.

Rabu, 07 Mei 2014

Teks Ceramah KH Zainuddin MZ (10 Golongan Musuh Syaitan)

Saudara-saudara kaum muslimin rahimakumullah
     Pada pertemuan terdahulu, kita sudah membicarakan orang-orang yang menjadi teman-teman syaitan dalam kehidupan di dunia ini. Maka pada pertemuan kali ini, kita akan membicarakan tentang siapa yang menjadi musuh-musuh syaitan di dalam kehidupan. Dengan satu catatan, berbahagialah mereka yang menjadi musuh-musuh syaitan, tetapi celakalah mereka yang menjadi teman-teman syaitan. Bagaimanapun juga di dalam kehidupan ini, apabila orang telah memproklamirkan bendera permusuhan kepada kita, maka kita tentu seharusnya bersikap waspada dan mawas diri. Demikian juga iblis dan seluruh bala tentaranya yang terdiri daripada syaitan-syaitan, mereka telah mengibarkan bendera permusuhan kepada Nabi Adam dan anak cucunya, kepada kita umat Rasulillah saw. Akan sengsara dan celaka jika kepada iblis dan syaitan yang telah nyata-nyata mengibarkan bendera permusuhan itu kita mengadakan toleransi, mengadakan kerja sama dan menjadi budak yang memperturutkan kemauan daripada iblis dan syaitan.

Selasa, 01 April 2014

Profil KH. Zainuddin MZ

Kiai Haji Zainuddin Hamidi atau K.H. Zainuddin MZ lahir di Jakarta, 2 Maret 1952, Zainuddin merupakan anak tunggal buah cinta pasangan Turmudzi dan Zainabun dari keluarga Betawi asli. Sejak kecil memang sudah nampak mahir berpidato. Udin -nama panggilan keluarganya- suka naik ke atas meja untuk berpidato di depan tamu yang berkunjung ke rumah kakeknya. ‘Kenakalan’ berpidatonya itu tersalurkan ketika mulai masuk Madrasah Tsanawiyah hingga tamat Madrasah Aliyah di Darul Ma’arif, Jakarta. Di sekolah ini ia belajar pidato dalam forum Ta’limul Muhadharah (belajar berpidato).

Kebiasaannya membanyol dan mendongeng terus berkembang. Setiap kali tampil, ia memukau teman-temannya. Kemampuannya itu terus terasah, berbarengan permintaan ceramah yang terus mengalir. Karena ceramahnya sering dihadiri puluhan ribu ummat, maka tak salah kalau pers menjulukinya ‘Da'i Sejuta Umat’. Suami Hj. Kholilah ini semakin dikenal masyarakat ketika ceramahnya mulai memasuki dunia rekaman. Kasetnya beredar bukan saja di seluruh pelosok nusantara, tapi juga ke beberapa negara Asia. Sejak itu, da’i yang punya hobi mendengarkan lagu-lagu dangdut ini mulai dilirik oleh beberapa stasiun televisi. Bahkan dikontrak oleh sebuah biro perjalanan haji yang bekerjasama dengan televisi swasta bersafari bersama artis ke berbagai daerah yang disebut "Nada dan Dakwah".

Kepiawaian ceramahnya sempat mengantarkan Zainuddin ke dunia politik. Pada tahun 1977-1982 ia bergabung dengan partai berlambang Ka’bah (PPP). Jabatannya pun bertambah, selain da’i juga sebagai politikus. Selain itu, keterlibatannya dalam PPP tidak bisa dilepaskan dari guru ngajinya, KH Idham Chalid. Sebab, gurunya yang pernah jadi ketua umum PBNU itu salah seorang deklarator PPP. Dia mengaku lama nyantri di Ponpes Idham Khalid yang berada di bilangan Cipete, yang belakangan identik sebagai kubu dalam NU.
Sebelum masuk DPP, dia sudah menjadi pengurus aktif PPP, yakni menjadi anggota dewan penasihat DPW DKI Jakarta. Lebih jauh lagi, berkat kelihaiannya mengomunikasikan ajaran agama dengan gaya tutur yang luwes, sederhana, dan dibumbui humor segar, partai yang merupakan fusi beberapa partai Islam itu jauh-jauh hari (sejak Pemilu 1977) sudah memanfaatkannya sebagai vote-getter. Bersama Raja Dangdut Rhoma Irama, Zainuddin berkeliling berbagai wilayah mengampanyekan partai yang saat itu bergambar Ka’bah -sebelum berganti gambar bintang. Hasil yang diperoleh sangat signifikan dan memengaruhi dominasi Golkar. Tak ayal, kondisi itu membuat penguasa Orde Baru waswas. Totalitas Zainuddin untuk PPP bisa dirunut dari latar belakangnya. Pertama, secara kultural dia warga nahdliyin, atau menjadi bagian dari keluarga besar NU. Dengan posisinya tersebut, dia ingin memperjuangkan NU yang saat itu menjadi bagian dari fusi PPP yang dipaksakan Orde Baru pada 5 Januari 1971. Untuk diketahui, ormas lain yang menjadi bagian fusi itu, antara lain, Muslimin Indonesia (MI), Perti, dan PSII.

Selain itu, keterlibatannya dalam PPP tidak bisa dilepaskan dari guru ngajinya, KH Idham Chalid. Sebab, gurunya yang pernah jadi ketua umum PB NU itu salah seorang deklarator PPP. Pada 20 Januari 2002 K.H. Zainudiin M.Z. bersama rekan-rekannya mendeklarasikan PPP Reformasi yang kemudian berubah nama menjadi Partai Bintang Reformasi dalam Muktamar Luar Biasa pada 8-9 April 2003 di Jakarta. Ia juga secara resmi ditetapkan sebagai calon presiden oleh partai ini. Zainuddin MZ menjabat sebagai Ketua umum PBR sampai tahun 2006. Zainuddin kembali fokus untuk menebarkan dakwah dan kembali berada ditengah-tengah umat.
 Zainuddin MZ meninggal dunia pada 5 Juli 2011 dalam perjalanan menuju Rumah Sakit Pusat Pertamina, karena serangan jantung dan gula darah. Beliau meninggal setelah sarapan bersama keluarga di rumahnya Gandaria I, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.